Ibu itu jahat..
sering marah, sering ngomel
sewaktu kecil Ibu pernah memukuli ku
tapi itu semua demi kebaikan
Ibu itu bawel
tiap saat mengingatkan belajar
tiap saat mengingatkan makan
tiap saat memberi nasehat
tapi itu semua karena Ibu peduli
Ibu itu lebay
terkadang disaat aku berada di sekolah,
Ibu mengantarkan bekal
terkadang pada saat cuaca buruk,
Ibu memberi nasehat agar selalu menjaga kondisi
dan terkadang pada saat berada di luar rumah,
Ibu selalu menanyakan kabar
tapi itu semua karena perhatian beliau
Ibu adalah sahabat..
tempat mencurahkan segala penat
tempat berbagi cerita
tempat saling bertukar pendapat
dan selalu ada saat suka maupun duka
Ibu bagaikan fondasi rumah yang berdiri kokoh..
menopang segala beban dengan tegar
kuat menahan beban seorang diri
dan tanpa beliau kita tidak akan bisa berdiri menjadi sebuah rumah
yang indah dan megah.
Kau memberikanku hidup, kau memberikanku kasih sayang
putihnya cintamu, tulusnya kasihmu takkan pernah terbalaskan
hangat dalam dekapanmu, memberikanku ketenangan, eratnya pelukmu
nikmatnya belaianmu takkan pernah terlupakan
Oh Ibu..
terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
tulus cintamu takkan mampu ku membalasnya
Oh Ibu..
semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu
putih kasihmu kan abadi dalam hidupku
Terima kasih Ibu
you are my everything :*
Rabu, 24 Desember 2014
Kamis, 11 Desember 2014
Today Holiday
‘Mount Sumbing 3147 mdpl’
Sebenarnya
dalam perjalanan ini ada tujuh orang yaitu saya (Arimbi), Aryskha (Ceqer), Rahma (Ngekek),
Hestu (guide kita), Galih (si penakut), Mardi (si rambut sapu), Chandra
(temennya om Hestu). Berhubung dua orang (Mardi dan Chandra) tidak bisa ikut
dalam perjalanan ini jadi kami hanya berlima. *orapopo* Perjalanan ini awalnya
direncanakan pada tanggal 20 Februari 2014 dengan persiapan yang sangat matang
namun gagal karena sebelum hari H, kota Jogja dilanda bencana hujan abu kiriman
dari gunung Kelud. Akhirnya kami memutuskan untuk menunda perjalanan kami jika
kondisi sudah kembali pulih. Beberapa minggu kemudian kondisi kota Jogja dan
sekitarnya sudah kembali normal, bersih dari debu abu vulkanik. Pada tanggal 20
Maret 2014 tepatnya hari kamis, kami memutuskan untuk mendaki gunung sumbing.
Kenapa kami memilih hari kamis bukan hari sabtu ato minggu ? jawabannya karena
kita selonya alias freenya pada hari itu. Hehee..
Pada
pukul 17.30 kami berkumpul disalah satu rumah rekan kami yaitu Aryska alias
ceqer. Berhubung yang empunya rumah belum pulang kuliah jadi kita (saya, Rahma
dan om Hestu) terpaksa menunggu. Sekitar pukul 18.00 akhirnya si tuan rumah
datang, kami langsung menyiapkan peralatan-peralatan yang akan dibawa, kemudian
melaksanakan sholat Magrib bersama. Setelah melaksanakan sholat Magrib, kami
segera mengisi perut alias dinner. Lagi-lagi perjalanan kami ngaret alias molor
satu jam dikarenakan rekan kami yang bernama Galih belum juga nongol. Beberapa
menit kemudian setelah kami selesai makan malam, akhirnya yang ditunggu-tunggu
pun datang, dengan wajah tanpa dosa “cengar-cengir”.
Inilah barang2 bawaan kami, siap digendong J
Setelah mengecek
barang-barang, kami pun langsung berangkat menuju TKP. Perjalanan dari Jogja
sampai Wonosobo kurang lebih sekitar 3 jam. Karena kami jalan dengan kecepatan
70km/jam jadi perjalanan hanya memakan waktu 2 jam lebih. Jantungku rasanya mau
copot coy, untung ada si pembalap handal Rahma..hahay. Sekitar jam 9 lebih kami
sampai di basecamp Sumbing, beristirahat sejenak *ndelehke boyok* pegel coy.
Kami mendapat teman-teman baru, mereka berasal dari kota Semarang yang sedang
melaksanakan Diksar Mapala. Setelah beristirahat, kami memulai pendakian menuju
ketinggian 3147 mdpl. Perjalanan kami diterangi oleh sinar rembulan yang sangat
indah. Lumayan untuk menghemat baterai senter, huehehe..
Sesampai di
ladang penduduk, kami beristirahat sebentar karena rekan kami Ceqer dilanda
rasa kantuk yang luar biasa (efek obat flu).
Ceqer tertidur pulas karena efek obat flu
Ceqer tertidur pulas karena efek obat flu
Mbak Ceqer
akhirnya terbangun dari mimpi fananya *halah ngomong opo*, haha. Oke kami
kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda, cuss !! Mendaki gunung lewati
lembah..sungai mengalir indah ke samudera..bersama teman bertualang (ost. Ninja
Hatori). Agar perjalanan tidak membosankan, kami berjalan sambil memutar musik
dan sesekali menyanyikan mars kami. “Today holiday woo..o..o today holiday..”
*beralaskan tanah
beratapkan langit*, oke fix. Semua tertidur pulas kecuali Saya dan Galih,
karena kami belum mengantuk, kami berdua bermain “pancasila lima dasar” sambil
memasak air dan membuat api unggun untuk sekedar menghangatkan tubuh. Saya pun
tak kuasa menahan rasa kantuk, saya kemudian menyusul teman-teman yang sudah
pada tidur duluan, karena teman saya ini (Galih) orangnya penakut jadi dia juga
ikut tidur.
Pukul 05.00 pagi,
pemandu perjalanan kami sudah bangun dan melaksanakan sholat subuh. Satu jam
kemudian disusul oleh kami yang mulai melek satu persatu dan mengumpulkan
nyawa. “Hoaaamm..Selamat pagi masa depan !” hehe
Sembari menunggu
kami mengumpulkan nyawa, om Hestu menyiapkan sarapan pagi untuk kami. Manasin
tongseng+bikin susu. Mantaaapp !! Setelah kenyang, kami bergegas membereskan
barang-barang dan siap melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Kurang lebih
sekitar 40 menit kami sampai di pos 2. Di sana sudah ada pendaki dari UGM yang
baru bangun tidur. Mereka berjumlah 6 orang satu diantaranya seorang cewek
tangguh coy. Haha.. Beristirahat sejenak kemudian kembali melanjutkan
perjalanan namun sebelum kami berangkat, mereka meminta kami untuk mengabadikan
moment bersama dengan memotret dan merekam. Asekk nambah temen lagi.
Menapaki jalan
yang penuh bebatuan dengan semangat yang berkobar kami tidak akan menyerah
begitu saja, melawan rasa lelah. Perjalanan pun semakin menantang dengan medan
bebatuan yang lumayan melelahkan dan sesekali menggunakan teknik memanjat.
“Oke masukan gigi 1 mainkan kopling dan
mulai ngetril..breemm bremm ngeeenngg !” begitulah candaan kami agar perjalanan
tidak terasa melelahkan dan bosan. Menuju pasar setan saya mulai lelah, satu
persatu mereka mulai menyalipku dan membuat saya tertinggal jauh. Akhirnya saya
sampai juga di pasar setan alias pestan dan disambut mereka yang sudah sampai
terlebih dahulu dengan memberiku semangat. “Semangat Fir !! Be a Man !” teriak
mereka menyemangatiku dari atas. Tak lama kemudian kami kembali berjalan menuju
watu kotak tapi ketika saya akan menggendong tas carier ku, tiba-tiba tas saya
diambil oleh om Hestu. Betapa terkejutnya saya. *halahh* Ya mungkin beliau
paham dengan kondisi ku sehingga naluri lelakinya muncul. Haha
Jalan lagi
coy..badan terasa enteng seperti melayang tanpa beban. Enaknya mendaki gak bawa
beban. Haha :-D
Kira-kira sekitar
1 jam’an kami berjalan kemudian kami kembali beristirahat. Sepanjang perjalanan
kami saling bergantian membawakan tas.
Bersambung...
Langganan:
Postingan (Atom)